Dan merekahlah nurani dalam majelis kecintaan
dijengkal nafas yang menerpa punggung bumi
dari kaki buaian tertinggal dan ditinggalkan
sesujud tentara hati menoreh setapak jejaknya
di atas hamparan sajadah
Hanya dengan sebuah nama
lepaskan jangkar bungkam bagai makam
berlindung diteduh sangkar tafakur
pada kabut lautan yang mengarungi tempat dalam
Lidah-lidah keluh menapaki pujian keagungan
merasuki kalbu yang terhunjam akar pohon kerinduan
sementara tirai tlah tersingkap dari penglihatan
mengeluarkan serpihan-serpihan mata palsu
Tetaplah di sini, tersenyum menatap kematian
bersama maut yang menyetubuhi nyawa kehidupan
karena semua keping tersebar akan dikembalikan
berawal dari tanah, orang mati takkan bisa bercerita
Posting Komentar