
malam tak pernah luput dari kelopak mata
kendati seiris bulan bercermin di telaga
menjadi harapan orang tidur menggoreskan jemari di atas kaca
wahai diri
akankah lena kan berpesan sendiri
bermenung mengeja dinding laju hujan sebagai himne matahari
jika yang permulaan menyimpan warna langit hanyalah mimpi
seganda musim dalam sebuah mukim
sebagaimana persinggahan para najam
terbit memahat mahkota rindu berarca senyum
papasan parade selaksa balutan hitam
karena yang datang dan yang pergi menghuni kenyataan
dan sempurnanya wajah terpasung di pekarangan
maka jambangan setiap harapan menaruh keyakinan
sungguh yang membangun rumah mimpi adalah Tuhan
Posting Komentar