1
dan bilamana waktu diusia sepuh kincir hari
kukitari kitab hukum semesta berselubung permadani malam
dilandai sabana surau pertapa yang menyepi di tepi muara terawangan
bersuluk inang ranum purnama
berputik gemintang Sang Penawan hati
2
[nikmat imaji]
rimbun temurun api cetusan tangan sepi mengukir sufrah angin pengarak waktu,
terpisah segara dan daratan
terpatri dalam kerangka rundingan hari
bisik
mungkinkah suatu peringatan,
bunga tanda tiada menghapus, memetakan dunia yang tak nyata
terdiam , hanya bisa diam
tanpa berani mengiris birahiku sendiri,
walau ku tahu, sungging asing senyummu tlah menjadi milik medussa
3
lalu tidurlah sayang,ketika malam kan menyisakan ruam
embun di atas pahatan urat daun
menanam bayang di jambangan kelopak kesturi
menirah air serupa arca para pengukir
sembari kutunggui asap doa dari mantra cinta terucap
pejamkan matamu dari semusim rindu yang terkatung dalam keterasingan tanya
dan jadikan ayatayat Tuhan sebagai penghantar harum mimpi
yang tiada berkesudahan
4
[gerhana cinta luka]
retak segala telah pedaya
lidah manis bermadu
hendak kemana bertahta palsu
dunia fana kekaburan di bingkai kaca
; tersisir air mata
terlupa masa saat hujan berkurun mega
mengelabang senja bersama pedih mimpi yang pulang
sehalusnya sutera kugambarkan bayang seribu rupa
memalih bulan jatuh ke riba
; wajahmu
dan kesilapanku menyusur arusnya
5
[tersirat]
bercemar duta umbara waktu di kisi hari
seberanjak pengarak angin pagi
berduli menjunjung titah Malikul Jabbar
mendulang durja mayapada
: berlafazkan cinta
dan senandung belia kakikaki usang simbol semesta
menapak qalam catatan langit
memperkalang asa
bertongkat doa
: melangut terik keberkahan dalam setiap hembusan nafas
Posting Komentar