Widget

Sabtu, 23 April 2011

di pasir kita menggambar Tuhan

"biar saja pasang dan ombak bercampur raungan bila lelah, dia reda gelombang"

seorang anak berlari membawa mimpi
ombak memaksanya berhenti tepat di depan matahari
sementara laut sore ini,
hanya menangkap kicau dan sisa angin yang memukul harapan

dalam percakapannya, dia mencari Tuhan di sana
"Tuhan, apakah ibu benarbenar ada ?
tidakkah dia hanya nama ?


sambil dalam hatinya berharap Tuhan memilih yang kedua,
agar bisa ibu di sekolah menjadi tempatnya mendapati ibu
agar bisa semua perempuan di pesisir pantai menjadi ibu

dan Tuhan serupa matahari di matanya
turun ketika senja dan memberikan gelap di sana
lagilagi hanya kicau dan sisa angin yang memukul harapan

"ah Tuhan sayang,
kenapa tak juga ada jawaban ?"

demi menenangkan hati,
dia memilih menenggelamkan sepasang kakinya di pasir laut
berharap mimpi akan ibu ikut tenggelam di sana

bersama senja matanya meredup
mencoba menelan butir air yang mengkristal di sana
ini kali pertama dalam hidupnya yang mentah,
dia bersepakat dengan Tuhan

"baiklah Tuhan,
mungkin ibu itu tak ada
dia hanya sebuah nama,
dan biarlah aku yang memilih ibu"

"mulai hari ini, kaulah ibuku, Tuhan
dan laut ini, menjadi rumah tempatku pulang"

sambil menatap matahari yang hanya hadir di matanya
seketika senyumnya setenang ombak senja itu

sementara di pasir laut, kulit kerang menjadi pigura
gambar dirinya dan ibu yang dipilihnya
sepasang cetakan kaki dan Tuhan

Posting Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar