Widget

Senin, 18 Juli 2011

JENDELA

Kutitipkan kantuk pada tumpulnya mata yang teranugerahi ragam puspa karunia mimpi
jatuhkan setetes air gurun pasir hilang tak berbekas di lekatnya putih pada kertas atau birunya lautan
adalah hidup bayangan


Mengupaskan pakaian pengambil air yang kembali kecewa ketika dahaga
seakan sejuknya terdapat dalam jilatan api
tertipu oleh pelangi cinta dari syetan yang tertutup kabut ibadah
bak pencemburu membela kehormatan dari tangan para penyamun

Dan ketika malam belum menghabiskan saatnya
patahan gelap merindangi percakapan lilin dan kupu-kupu ;

Pecinta yang Terbunuh
" maafku wahai para pencaci gelora cinta, aku mengerti bahwa aku akan binasa karena cintaku "

Pecinta yang Menertawakan madu
" akan tetapi, mengapa engkau gemetar dan membakar ? dua garis tangis yang kurus lemah tlah kau lelehkan di lemah lunglainya tulang belulang "

Lilin ;
" Pecinta yang Menertawakan Madu, kasihku tlah terpisah dariku semenjak rasa manis menjauh "

Kupu-Kupu ;
" Pecinta yang Terbunuh, api tlah membakar diriku, bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah, lisan sedih dari tangisan tersebar di muka pucat "

Lilin ;
" Jangan bohong, engkau tidak tahu apa cinta itu. Engkau tidak tahu menderita dan tak tahu menyelamatkan diri.
Karena dengan menyentuh api sedikit saja, engkau lari.
Adapun aku, aku tetap agar dimakan api. Jika api cinta membakar sayapmu, kamu harus berani membiarkannya, terbakar seluruhnya "

Di laut, air berkunang-kunang, tanpa bunga sekaki dan kumbang seekor
bersama padi yang merenungi bumi, bidadari mematikan lilin yang mengeluarkan asap ke atas

" Inilah rahasia hukum cinta yang tak dapat dirubah, jika engkau mengetahui.
Dari api cinta, tak seorang pun dapat selamat kecuali dengan mati "

Posting Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar