Tak lagi arung samudera
ada sebisik pemetik mimpi tentang nyiur melambai
coba meraih pelepah lainnya yang gigil pada kecup dingin bibir pantai terbenam separuh sebaring buih menghempas daratan di selangkang sampan elok yang kini tertelungkup
Sedikit sisa pasir yang menempel, sesekali gugur bersama lelah gamit helai rumbia serejang kuda berlari diterpa puputan angin
Sekulum senyum mega bergincu ungu tlah menghardik mata-hari yang membelalak garang bersembunyi di balik cangkang cakrawala
Tak lagi arung samudera
aku memesrahkan rasa diantara zikir-zikir mereka
kasyaf dalam nurani hingga henyak pada diam tanah merah sehelat pacul sang penggali kubur yang mencabik dan menanam susuk kembar tembuni, sesosok jasad kaku
Hari itu sama dengan hari ini, hari kemarin dan hari esok
adalah saksi-saksi perjalanan masa tanpa jeda kematian yang tak henti melambai menggapai lengan nyawa di antara yang hidup
Ada tanya mengerucut sesenggukan sepeninggal barisan nestapa,
" Inikah sabda kematian..? "
melabrak perenungan alam dan manusia,
sampai kapan, siapa,dimana.. !
Posting Komentar